Jika mendengar nama Afghanistan, maka gambaran yang muncul di kepala kita adalah zona perang, organisasi teroris, pengungsi, anak kecil yang berlarian melempar batu ke tentara Amerika, maupun kota-kota yang sudah hancur. Akan tetapi tidak selalu seperti itu. Afghanistan sempat memiliki masa-masa yang damai sebelum gerakan radikal islam, Taliban, berhasil mengambil alih kekuasaan dan sebelum Amerika Serikat menginvasi negara ini. Keadaan damai ini berhasil didokumentasikan oleh Dr. William Podlich yang sempat bertandang ke Afghanistan pada tahun 1960 bersama istri dan kedua putrinya. Dr. William Podlich saat itu mengunjungi Kota Kabul sebagai bagian dari pekerjaannya dengan UNESCO.
Foto-foto yang diambil oleh fotografer amatir sekaligus dosen di Arizona State University ini lantas diunggah oleh menantunya, Clayton Esterson. Unggahan ini lantas menjadi viral dan menuai ucapan terima kasih dari para warganya karena telah menjadi bukti dokumentasi bahwa negara ini dulu merupakan tempat yang damai sebelum terjadinya perang sepanjang 33 tahun. Berikut foto-foto damai yang berhasil diambil oleh Dr. William Podlich.
Taliban mulai berkuasa di Afghanistan sejak tahun 1996, di mana organisasi ini berhasil merebut ibukota negara, Kabul, dan memaksa Presiden Afghanistan saat itu, Burhanuddin Rabbani, untuk turun dari tampuk kekuasaan. Semenjak terjadinya kudeta tersebut, negara ini pun mengalami perubahan demi perubahan. Proses westernisasi di Afghanistan sebelum berkuasanya Taliban sontak terhenti. Jalan-jalan menjadi tempat yang mencekam karena Taliban bertindak sebagai ‘polisi moral’ yang menghukum siapapun yang melanggar aturan agama Islam. Berbagai fungsi dasar dan fungsi sosial negara pun diabaikan oleh Taliban. Penduduknya pun berada dalam kondisi yang sangat susah dan tidak memiliki fasilitas sosial seperti rumah sakit dan sekolah yang layak.
Namun Taliban tidak hanya membengkalaikan fungsi negara sehingga menjadi negara yang tidak mampu mengurus rakyatnya, Taliban juga merepresi rakyat Afghanistan. Kelompok Islam ini memaksa seluruh perempuan Afghanistan untuk menggunakan burqa, gamis lebar dan panjang yang menutupi seluruh tubuh kecuali telapak tangan dan telapak kaki. Mereka juga melarang perempuan Afghanistan untuk menuntut ilmu dan keluar ke tempat umum tanpa ditemani oleh muhrimnya. Bukan hanya perempuan, laki-laki di Afghanistan saat itu pun mengalami perlakuan keras dimana mereka bahkan dapat dipenjara hanya karena janggutnya dianggap terlalu pendek.
Invasi Amerika Serikat dari tahun 2001 tidak membebaskan penduduk Afghanistan dari penderitaannya. Invasi Amerika Serikat justru menambah parah situasi dengan menjadikan Afghanistan sebagai zona perang. Meski kini Taliban telah berhasil ditumbangkan dari tampuk kekuasaan dan Amerika mendirikan pemerintahan demokratis yang baru di Afghanistan, namun negara timur tengah ini belum kunjung stabil.
Potret kedamaian di Afghanistan ini menjadi setitik kelegaan di tengah berbagai karut marut yang terjadi di Afghanistan hingga kini. Foto-foto ini menjadi lambang harapan akan kedamaian di negara yang telah porak poranda ini. Mungkin suatu saat, Afghanistan dapat kembali menjadi negara yang damai seperti yang terlihat dalam foto-foto di atas.